Hati yang Bahagia di Orchid Forest (Lembang)

Pas saya dan Fay terakhir kali ke Bandung Oktober 2019 kemaren, bersyukur banget kita memutuskan untuk berwisata ke Orchid Forest Cikole. Orchid Forest Cikole lebih dari sekedar spot foto yang cocok buat para milenial memuat foto-foto tersebut di Instagram. Hutan pinus yang disulap menjadi objek wisata ini konon berisikan lebih dari 20 ribuan tanaman anggrek, menjadikannya sebagai taman anggrek terbesar di Indonesia.

Orchid Forest yang diresmikan bulan Agustus 2018 ini berada di kawasan yang dikelola oleh Perum Perhutani di Cikole, Lembang. Di tepi Jalan Raya Tangkuban Perahu, ada papan petunjuk yang menunjukkan arah ke sini. Di gerbang masuk, kita harus membayar tiket masuk. Tiketnya terdiri dari tiket Orchid Forest 30 ribu per orang, tiket Perhutani 5 ribu per orang, dan tiket kendaraan bermotor yang kita gunakan. Ada yang dateng naik angkot? Ada kali ya. Tapi lumayan jauh lho jalannya, sekitar 1.6 kilometer, plus nanjak dan aspalnya juga banyak yang udah ga mulus. Dan walaupun udah bayar tiket masuk kendaraan, pas kita pulang tetep mesti bayar parkir lagi ke tukang parkir di sana. Suatu hal remeh yang sebenernya nyebelin.

Ngelewatin sebuah bangunan Grand Entrance yang kayaknya tadinya digunakan sebagai loket tiket tapi udah ga dipake lagi karena kita udah bayar tiket di gerbang bawah tadi, kita disambut oleh hutan pinus yang bikin kita lupa mengambil napas. Keren banget pemandangan hutan pinusnya sodara-sodaraaa! Kayak hutan di Eropa gitu yang suka kita liat di pelem-pelem. Bikin kita lupa kalo kita tuh sebenernya masih di Lembang.

Jadi, Orchid Forest ini memiliki kontur yang menurun, jadinya kita relatif ga cape berjalan. Apalagi udaranya juga sejuk sehingga keringet jadi dikit yag keluar. Sinar matahari juga banyak kehalang dedaunan pepohonan pinus. Namun, areanya itu melebar. Bayangkanlah kayak gini, dari Grand Entrance tadi, kan ada jalan ke kiri dan ke kanan tuh. Nah, kalo kita milih jalan ke kiri, ada kemungkinan kita melewatkan objek yang bagus di jalur jalan sebelah kanan. Dan sayangnya, kita ga tau juga ada apa di jalur mana, kadang spot-spot yang menarik ini ga dicantumin di papan penunjuk arah yang ada.

Dari jalur yang saya dan istri lalui, ada dua buah cafe yang kita temuin. Yang pertama, ga jauh dari Grand Entrance, ada 450 Degrees Pizza di mana pengunjung bisa nongkrong dengan nyaman sambil tentunya makan pizza, cemilan-cemilan ringa, atau sekedar minum kopi atau teh hangat. Cafe lainnya ada sedikit ke bawah lagi, namanya Pine Kitchen. Saya ga tau menu makanannya apa karena ga mampir. Karena gerimis, kita cuma numpang neduh di area tempat duduk pengunjung yang ciamik banget. Karpetnya pake rumput sintetis, duduknya lesehan pake bean bag, dengan atap yang transparan. Pengen rasanya tiduran di sini sleeping bag sambil ngeliatin hujan turun dari langit. Sejujurnya emang repot sih kalo pas dateng ke sini terus hujan, karena ga banyak tempat yang dipake buat berteduh. Saya saranin buat aman dan nyamannya sih bawa payung ya.

Untung hujannya turun ga lama. Kita pun ngelanjutin perjalanan lagi. Agak ke bawah, ada sebuah kios yang menjual berbagai macam cinderamata. Bermacem-macem yang dijualnya, ada topi berbentuk hewan yang lucu, mainan anak-anak, kerajinan tangan dari bahan kayu, sweater, pernak-pernik, dan lain-lain.

Orchid Forest memiliki beberapa area yang cukup lapang, cocok untuk melakukan kegiatan berkelompok yang biasanya suka diadain oleh perusahaan-perusahaan saat melakukan family gathering, outbond, dan lain-lain. Oiya, sampe di sini mungkin kamu bertanya-tanya, dari tadi kok ga ada foto anggrek-anggreknya sih? Nah, pas saya pertama kali ke sini juga saya mikir, ini angrek-anggreknya ga keliatan. Banyakan pohon pinusnya. Anggrek-anggreknya kebanyakan diikatkan di batang pohon pinus, kayak di foto di atas. Di bagian bawahnya terkadang dikasih papan keterangan nama dan informasi anggrek dalam bahasa Indonesia dan Inggris. Ditambah lagi ga semua anggrek yang ada sedang mekar bunganya.

Untuk pengunjung yang beragama Islam, ga usah khawatir ketinggalan menunaikan shalat karena ada juga bangunan mushola cantik yang terbuat dari kayu, masing-masing untuk pria dan wanita. Kalo ada mushola, biasanya juga ada kamar kecil alias toilet.

Salah satu tempat yang paling terkenal di Orchid Forest adalah Terrace Paphio, yaitu sebuah amfiteater luas dengan kursi-kursi yang dipasang melingkar menghadap area panggung. Tempat ini sering digunakan sebagai panggung pertunjukan musik, area piknik dan gathering, bahkan pesta pernikahan. Perhelatan musik Lalala Festival yang mengundang musisi dari dalam dan luar negeri sudah beberapa tahun terakhir mengadakan acaranya di sini. Yang terbaru ada Forestra 2019 yang bertajuk musik orkestra di tengah hutan.

Seolah mengetahui kekurangan saya sebutin tadi, mengenai jarangnya tanaman anggrek yang bisa kita nikmati, ternyata pihak pengelola udah nyediain apa yang namanya Orchid House. Di dalem rumah kaca yang luas ini, mengutip kata-kata Fay, kita seolah berada di surga. Tanaman anggrek ada di mana-mana! Sejauh mata memandang, pasti keliatan bunga anggrek yang berwarna-warni, termasuk ada anggrek langka juga yang ditaro di dalem kotak transparan untuk melindungi dari tangan-tangan jahil pengunjung. Untuk bisa masuk ke sini, kita ga perlu merogoh kocek sama sekali.

Di luar Orchid House, ada Secret Garden Cafe yang menjual cemilan-cemilan sederhana seperti gorengan, jagung bakar, tahu, kentang goreng, serta minuman teh dan kopi. Di depannya ada bidang permainan catur yang pion-pionnya mengadaptasi bentuk-bentuk wayang Punakawan. Di jalur keluar dari Orchid House, ada toko yang menjual tanaman-tanaman anggrek untuk dibawa pulang oleh para pengunjung dan ditanam sendiri di rumah. Harusnya toko ini ditaro di pintu keluar ga sih? Kan repot ya nentengnya. Pintu keluarnya masih jauh lho dari sini.

Dateng ke Orchid Forest, jangan lupa untuk mengambil foto-foto yang Instagramable banget. Ada gerbang Stargate, begitu saya menyebutnya, yang memancarkan cahaya berwarna-warni. Lalu ada lampion-lampion putih yang mungkin lampunya baru akan menyala ketika hari mulai gelap. Ada pula bola-bola pingpong berwarna putih yang diatur sedemikian rupa dengan kawat sehingga tampak seakan-akan melayang, ga kalah menarik saat diabadikan di foto.

Untuk pengunjung anak-anak, ada arena bermain golf mini. Namun untuk wahana yang satu ini, pengunjung mesti membayar tiket promo sebesar 20 ribu per orangnya. Agak ke bawah ada juga Orchid Castle, yaitu sebuah wahana playground mirip outbond mini yang memiliki terowongan, jembatan tali, seluncuran, panjatan, dan mobil-mobilan mini. Laper abis beraktivitas? Di deket Orchid Castle ada area food court yang memiliki lebih dari 8 tenant penjual makanan dan minuman. Mau wahana yang gratisan? Ada Rabbit Forest alias taman kelinci luas yang memiliki banyak banget koleksi kelinci. Tapi, jangan ngasih sembarang makanan ke mereka, mending beli aja wortel yang dijual di sana. Oiya, hati-hati jangan sampe duduk di atas “ranjau-ranjau” mereka.

Salah satu flora paling menarik yang ada di Orchid Forest ini adalah bunga bangkai atau nama latinnya Titan Arum. Saking kecilnya ukurannya, karena masih dalam fase tumbuh dan juga ga ada papan penandanya, saya sempet kesulitan menemukan tumbuhan ini. Lokasinya berada di dalem area yang disebut sebagai miniatur hutan.

Wahana yang paling menarik untuk pengunjung remaja mungkin jembatan kayu ini. Sayangnya, untuk bisa melewati jembatan gantung sepanjang 150 meter ini pengunjung harus merogoh kocek lagi sebesar 20 ribu rupiah. Cantik sih emang keliatannya, ada lampu di sebelah kanan dan kiri jembatan yang baru menyala sore hari menjelang malam. Tapi kalo demi ngejar foto yang bagus mah saya males lewat ah. Di bawah jembatan gantung ada wahana lain yang bernama Garden of Light, yang sayangnya lampunya belum pada nyala.

Nah, kalo Wood Bridge tadi mesti bayar, jembatan kayu yang ga kalah cantiknya ini gratis lho. Cocok juga buat spot foto-foto Pre Wedding gitu misalnya dengan latar Wood Bridge dan Garden of Light. Wahana yang banyak memanfaatkan cahaya lampu ini umumnya berada deket dengan pintu keluar, sehingga tinggal pinter-pinternya kita ngatur waktu untuk sampe ke area ini sekitaran jam 6 sore karena pas weekend Orchid Forest tutup jam 7 malem. Yang saya bingung, kalo weekday kan tutupnya jam 6 sore tuh. Berarti kita ga bisa dong menikmati wahana-wahana ini dengan lampu yang menyala?

Mengingat kontur Orchid Forest yang menurun dari pintu masuk hingga ke pintu keluar, berarti parkiran mobil kan berada di atas tuh. Nah, jangan khawatir, di pintu masuk udah disediain angkot mobil shuttle gratis yang bisa membawa kita kembali ke area parkir mobil di atas.

Jam Buka
Senin-Jumat 09.00-18.00
Sabtu-Minggu 08.00-19.00

Harga Tiket Masuk
Tiket Orchid Forest (Lokal) IDR 30K
Tiket Orchid Forest (Asing) IDR 100K
Tiket Perhutani IDR 5K
Tiket Sepeda Motor IDR 5K
Tiket Mobil IDR 10K
Tiket Bus IDR 50K

 

Orchid Forest Cikole
https://www.instagram.com/orchidforestcikole/
Cikole, Lembang, Kabupaten Bandung Barat
Click for Google Maps

2 pemikiran pada “Hati yang Bahagia di Orchid Forest (Lembang)

Tinggalkan komentar